Sorot Nuswantoro News

Berita Online dan cetak, "CEPAT, TEPAT, LUGAS DAN BERANI" dari LAMONGAN untuk NUSANTARA


Selasa, 25 Februari 2025

Dinilai Diagnosis Dokter RSUD Cendrawasi Dobo Bersifat Memaksa Dan Berorientasi Pada Uang

Kepulauan Aru, SNN.com - Salah satu pengguna Facebook dengan nama akun Clarisa Clarisa menyampaikan kritik terkait Pelayanan Persalinan di RSUD Cendrawasi Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. 

Dalam tulisannya Clarisa menyampaikan beberapa kritik terhadap proses persalinan di RSUD Cendrawasi Dobo diantaranya, Pertama, Tenaga Bidan yang tidak KOMPETEN atau tidak mempunyai KOMPETENSI. Kedua, Diagnosa DOKTER yang selalu SALAH bahkan tidak BERKOMPETEN. Dan yang ketiga, berorientasi pada Uang alias Duit. 

Dalam tulisannya Clarisa menilai keputusan dokter untuk seorang ibu hamil menjalani operasi Caesar bersifat memaksa, hanya untuk mengejar uang besar. 

“Tindakan memaksa seorang ibu hamil untuk menjalani Operasi Caesar/Sectio Caesarea (SC), padahal yang seharusnya bisa melahirkan secara normal, mencerminkan kurangnya empati dalam pelayanan dan ujungnya berorientasi pada Uang”. Tulisnya. 

Menurut Clarisa, Prosedur Operasi Caesar (SC) yang seharusnya hanya dilakukan dalam keadaan medis yang mendesak, malah dijadikan pilihan utama hanya karena berorientasi pada Uang. 

“Hanya karena kenyamanan atau alasan praktis dan kejar uang besar, Prosedur SC yang seharusnya hanya dilakukan dalam keadaan medis yang mendesak, malah dijadikan sebagai pilihan utama, dan mengabaikan hak ibu hamil untuk menjalani proses persalinan yang alami”. Tulisanya. 

Dikatakan tindakan ini tidak hanya merugikan Ibu secara fisik dan psikologis, tetapi juga mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap integritas dan profesionalisme tenaga medis. Dalam hal ini, pelayanan kebidanan yang semestinya berfokus pada kesejahteraan ibu dan bayi malah dipenuhi dengan tekanan yang tidak seharusnya, menciptakan rasa ketidakadilan dan ketidakamanan. 

Persalinan normal bisa menjadi pilihan terbaik bagi kesehatan ibu dan bayi, tetapi tekanan dari pihak tertentu membuatnya kehilangan hak untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Ketika layanan kesehatan lebih berorientasi pada bisnis dari pada nurani, kepercayaan masyarakat terhadap tenaga medis pun mulai terkikis. 

Clarisa menyebutkan 3 korban yang menjalani operasi Caesar dengan paksaan dalam kurun waktu 1 tahun, yaitu Adik Clarisa, Ponakan Clarisa dan Teman Clarisa. 

“Miris memang RSUD di kabupaten ini”. Kesalnya. 

Salah satu tokoh masyarakat Aru, Rendy Walay, turut merasa prihatin dengan keluarga Clarisa yang menjadi korban Operasi Caesar dengan unsur paksaan yang dimuat dalam postingan Facebook dengan nama akun Clarisa Clarisa. 

Walay mengatakan bahwa seluruh perempuan di dunia bahkan dalam agama manapun mengajarkan bahwa kodrat wanita adalah Hamil dan Melahirkan buka Hamil dan Caesar. 

Walay menyampaikan bahwa Operasi Caesar hanya diperlukan ketika terdapat indikasi posisi Bayi tidak normal dan adanya infeksi HIV. Operasi Caesar memiliki banyak kelemahan, kata Walay, sehingga dibutuhkan pertimbangan yang matang untuk melakukan Operasi Caesar ataukah melahirkan secara normal. 

Kelemahan operasi Caesar yang disampaikan Rendy, seperti membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama, resiko infeksi pada luka operasi, dan resiko mengalami masalah pernapasan pada bayi. 

Pernyataan yang disampaikan oleh Calrisa Clarisa pada akun faceboooknya, juga dapat menguatkan indikasi bahwa Bidan Kristin dipindahkan dari kepala ruang kebidanan adalah karena bidan Kristin sering bertentangan dengan rekomendasi dokter untuk dilakukan operasi Caesar pada ibu hamil. 

Indikasi ini juga, dikuatkan denganpernyataan salah satu sumber RSUD Cendrawasih Dobo, yang namanya tidak disebutkan, menyatakan bahwa bidan Kristin memiliki keahlian dalam menangani persalinan secara normal, dan sering bertentangan dengan keputusan dokter yang merekomendasikan untuk operasi Caesar. (Moses)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOROT NUSWANTORO NEWS "dari LAMONGAN untuk NUSANTARA"