Kepulauan Aru, SNN.com - Gedung Gereja Sumber Kasih Jemaat Kabalsiang Benjuring, (Kaben) Klasis Pulau-Pulau Aru, kecamatan Aru Utara Timur Batuley, Kabupaten Kepulauan Aru baru diresmikan setelah proses pekerjaan dan pembangunannya melewati waktu yang cukup panjang selama kurang lebih 21 tahun. Pentahbisan sekaligus penandatangan prasasti gedung gereja Sumber Kasih, oleh Wakil Ketua MPH Sinode, Pdt. L. Bakarbessy/R, dan sebagai saksi, Bupati Kabupaten Kepulauan Aru, dr. Johan Gonga, berlangsung di Jemaat GPM Kabalsiang Benjuring, minggu 14/04/24.
Setelah usai pentahbisan Gedung Gereja tersebut, dilanjutkan dengan Ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Fengki Ferman, dan pembukaan Sidang Klasis Pulau-pulau Aru ke- 57 dibuka oleh Wakil Ketua MPH Sinode, Pdt. L. Bakarbessy/R.
Turut hadir dalam acara pembukaan Sidang Klasis, bapak Pastor dan Bapak Imam yang adalah warga penduduk Desa Kabalsiang Benjuring. Perlu diketahui bahwa di Desa Kabalsiang Benjuring, terdapat tiga golongan agama, yaitu Agama Katolik, Muslim dan Kristen Protestan.
Dalam pantauan, kehidupan tiga golongan agama tersebut selalu rukun dan damai, sehingga diketahui bahwa proses pekerjaan pembangunan Gedung Gereja Sumber Kasih Jemaat GPM Kabalsiang Benjuring sejak awal sampai pada pentahbisannya mereka selalu bersama-sama saling menopang dalam pekerjaan.
Sampai pada puncaknya, baik dalam acara pejemputan tamu, maupun dalam ibadah pembukaan Sidang Klasis Pulau-Pulau Aru ke-57, anak-anak remaja dari dua golongan agama lain, yaitu Katolik dan Muslim turut mengisi acara penjemputan dengan tarian dan acara ibadah pembukaan sidang Klasis, diisi dengan paduan suara dari anak remja Katolik dan Muslim yang ada di Desa Kabalsiang Benjuring. Wakil Ketua MPH Sinode, Pdt.
L. Bakarbessy/R dalam sambutnnya, mengakui bahwa suasana toleransi Umat Beragama di Kabupaten Kepulauan Aru lebih khusus di Desa Kabalsiang Benjuring yang di tunjukkan dan disaksikan oleh seluruh tamu undangan, adalah sesuatu hal yang luar biasa dan sangat hospital yang diwariskan kepada seluruh warga masyarakat Aru, mulai dari anak-anak, pemuda sampai kepada orang tua. Ditandaskan, ini sesuatu yang sangat mahal.
”Ini sesuatu yang mahal, dan Kepada pa Bupati, ini perlu terus di pupuk dan di bina supaya terus berlangsung, dan inilah peradapan hidup kita sebagai orang basudara di Maluku, dan khusus di Kabupaten Kepulauan Aru”. Tandasnya.
Disebutkan, Tuhan adalah sejarah atas bangsa-bangsa dan alam semesta, dan Juru selamat dunia, demikianlah pengakuan Iman Gereja Protestan Maluku, dan oleh pengakuan itulah GPM bersama semua gereja di Dunia, menjalankan misi Allah di muka bumi, melanjutkan karya Kristus dan rasul-rasulnya Kepada umat manusia, personal dan komunal serta ciptaan Tuhan yang lain sebagai sesama anggota rumah Tangga Allah.
Pengakuan itu pula, ujarnya, yang mengantar GPM Merumuskan bentuk-bentuk amanat pelayanan Gereja sebagai wujud gereja yang bermisi atau Gereja yang hidup dan menjalankan berdasarkan tuntunan dan karya Roh Kudus. Atas dasar itulah Persidangan Grejawi dalam hal ini persidangan Klasis menjadi momentum Iman yang didalam dan melaluinya GPM merumuskan bentuk dan komitmen pelayanan secara nyata, maka keputusan dan ketetapan yang diambil dalam Persidangan grejawi merupakan amanat Kristus yang harus dijalankan dengan setia sambil rela mengorbankan atau mengosongkannya.
Ada 2 aspek yang penting, jelasnya, dalam kerangka memperkuat warga gereja sebagai subyek utama dan focus layanan gereja, yakni kualitas dan taraf ekonomi keluarga, serta pendidikan anak yang adalah generasi penerus, Gereja, Bangsa dan Negara.
Kami merasa penting, katanya, mengingatkan kita semua dalam sidang yang terhormat ini bahwa dalam rangka tersebut gereja harus peka menganalisis perubahan dan data ekonomi global akibat begitu banyak pertarungan sumber-sumber capital dan kondisi politik ekonomi dunia.
Melalui MPL ke- 44 di Kisar Yotawawa, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) kita telah mengumandangkan tekad melalui Sub tema “Bersama-sama meningkatkan kualitas hidup sebagai wujud bertumbuhnya Keluarga Allah”. Salah satu rekomendasi yang perlu di tindak lanjuti adalah mendorong ketangguhan pangan daerah dengan memaksimalkan pengelolaan Potensi unggul atau potensi ekonomi khas daerah serta menjadikannya komoditi pangan sesehari yang bernilai ekonomi dengan memperhatikan kandungan gisi yang baik. Itu artinya gereja tidak akan berdiri sendiri melainkan berkolaborasi bersama pemerintah di masing-masing tingkatan dengan demikian sector UMKR yang telah tumbuh menjamur di jemaat-jemaat GPM saat ini sudah mesti diarahkan berperan dalam usaha yang besar.
“Langkah strategis tentang GK3M, Gerakan keluarga Menanam, Melaut dan Memasarkan, harus dilaksanakan di semua Jemaat. Gerakan ini, tidak hanya menjadi sebuah Program yang bisa dikumandangkan secara verbal saja dalam sidang-sidang dan forum-forum resmi grejawi, tetapi haruslah diimplementasikan sampai di Jemaat-jemaat. Benar sekali apa yang dikatakan oleh bapak ketua Klasis, bahwa Klasis Pulau-pulau Aru menjadi logus pencanangan Gerakan Keluarga melaut pada tahun 2022 dan itu seharusnya klasis Pulau-Pulau Aru menjadi Pilot Projek untuk Gerakan Keluarga Melaut (GKM). Kami sebetulnya menunggu buktinya atau hasilnya”. Jelas Pdt. Bakarbessi. (Moses)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar