Seorang remaja putri di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) mengungkapkan kesedihan dan kekecewaan akibat konflik dalam keluarga yang dipicu oleh dugaan hadirnya pihak ketiga dalam rumah tangga orang tuanya. Didampingi ibunya, remaja tersebut menyampaikan jeritan hatinya kepada media.
“Bagi saya, ayah adalah sosok yang sangat saya kagumi. Tapi kenyataan yang saya hadapi membuat hati saya hancur,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ia mengaku mengalami tekanan emosional yang berat sejak menyaksikan perubahan sikap dalam keluarganya. Situasi tersebut membuatnya merasa kehilangan sosok pelindung yang selama ini ia banggakan.
Lebih jauh, ia mengungkapkan bahwa selama ini dirinya cenderung membela ayahnya setiap kali muncul konflik rumah tangga, karena percaya bahwa keluarganya baik-baik saja. Namun setelah mengalami sendiri kenyataan yang terjadi, perasaan itu berubah menjadi kekecewaan mendalam.
“Rasanya seperti dunia saya runtuh. Saya tidak menyangka akan mengalami ini,” ujarnya lirih.
Melalui kejadian ini, SNN.com mengangkat pesan bahwa konflik rumah tangga memiliki dampak langsung terhadap kondisi psikologis anak. Anak sering kali menjadi pihak paling terluka, meskipun tidak terlibat langsung dalam persoalan orang tuanya.
Psikolog keluarga menyatakan bahwa konflik berkepanjangan dalam rumah tangga bisa memicu trauma emosional serius pada anak, mulai dari gangguan rasa aman, menurunnya kepercayaan diri, hingga risiko gangguan mental jika tidak ditangani dengan tepat.
Media ini mengimbau agar setiap persoalan rumah tangga diselesaikan dengan komunikasi yang sehat dan pendampingan profesional, demi melindungi kondisi mental dan masa depan anak-anak.
Demi menjaga privasi serta asas praduga tak bersalah, identitas seluruh pihak dalam pemberitaan ini dirahasiakan.(Guswan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar