Pangkalan Bun, SNN.com – Pada Rabu malam pukul 20:00 Wib langit di Kota Pangkalan Bun tampak redup seakan ikut bersedih. Di jantung Istana Kuning (Dalam Kuning) ratusan juriat dan juriah Kesultanan Kotawaringin berkumpul dalam suasana penuh khidmat untuk memperingati 40 hari wafatnya Sultan Kotawaringin XV, Yang Mulia Sripaduka Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah.(13/08/25)
Lantunan ayat suci Al-Qur’an dan tahlil menggema, menembus setiap sudut dalam istana yang telah menjadi saksi bisu perjalanan panjang Kesultanan Kotawaringin. Acara ini bukan sekadar peringatan keagamaan, namun menjadi momentum penting untuk mempererat kembali tali silaturahmi lintas generasi keturunan para sultan, dari Sultan X hingga Sultan XIV.
Diprakarsai oleh Menteri Dalam Kesultanan, Pangeran Arsyadinsyah, acara diawali dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh Ustadz Habib Abdurahman Al Kadri, salah satu juriat Pangeran Bendahara. Suasana menjadi semakin khusyuk seiring doa-doa yang dilantunkan untuk sang almarhum.
Sejumlah tokoh penting hadir dalam malam penuh makna ini, di antaranya anggota DPRD Kotawaringin Barat:
H. Dr. Ery Eriansyah (Fraksi Golkar)
Indrasani (Fraksi PKB)
Gusti Mirza Al Fatih (Fraksi PDIP, juriat kesultanan)
Reformas Agung Gumelar (Fraksi PAN)
Para tokoh masyarakat dan agama pun turut hadir memberikan penghormatan, seperti H. Gusti Imansyah, H. Gusti Nuraini, H. Gusti Aspani, dan H. Gusti Basri, serta tokoh pemuda Mayor Inf. Soemarna Edi Purnomo.
Dalam sambutan mewakili pihak kesultanan, Gusti Achmad Noor, Juru Bicara Kesultanan, mengajak semua hadirin mendoakan agar amal ibadah almarhum diterima Allah SWT dan dosa-dosanya diampuni. Ia juga memohon doa kesembuhan untuk adik kandung almarhum, Pangeran Muasjidinsyah, yang tengah dirawat intensif di RSUD Sultan Imanudin.
Pihak kesultanan pun menyampaikan terima kasih atas kehadiran para kerabat dari berbagai daerah, termasuk Solo, Bali, Jakarta, dan Batam, yang turut meramaikan malam tahlilan tersebut.
Momen haru semakin dalam ketika Pangeran H. Ir. Nurarudin, saudara almarhum, membacakan biografi singkat perjalanan hidup Sultan. Ia menceritakan masa kecil sang Sultan di Istana Kuning Indra Sari, hingga perjalanan hidupnya sebagai ASN Pemkot Surakarta setelah keluarganya berhijrah pasca pertemuan dengan Presiden Soekarno tahun 1949, yang menandai bergabungnya Kesultanan Kotawaringin ke dalam NKRI.
Almarhum Sultan dikenal sebagai pribadi yang rendah hati, sederhana, bijak, dan penuh humor. Walau berada jauh dari tanah kelahirannya, ia tak pernah lupa akan amanah menjaga kedamaian dan kesejahteraan Pangkalan Bun.
Suasana semakin mengharukan ketika putri tunggal almarhum, Raden Ayu Sri Kurniasih, menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh juriat, masyarakat, serta pemerintah daerah dan TNI-Polri yang telah menghormati ayahandanya, termasuk melalui pengibaran bendera setengah tiang selama dua hari.
Acara ditutup dengan doa bersama, tak hanya untuk almarhum, tetapi juga untuk kejayaan dan keberkahan Kesultanan Kotawaringin serta masyarakat yang diwariskannya. Malam itu, Istana Kuning bukan hanya saksi duka, namun juga tempat di mana warisan luhur sang Sultan kembali hidup dan diteruskan.(Guswan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar