Jumat 31 Oktober 2025
Kalimantan Tengah kembali melangkah dengan gagasan besar. Melalui Program Kartu Huma Betang, pemerintah provinsi berupaya membangun sistem kesejahteraan yang lebih adil, terukur, dan tepat sasaran. Seperti yang disampaikan Gubernur Kalimantan Tengah, Agustiar Sabran, dalam pembukaan Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Data Desa Program Huma Betang Wilayah Timur Tahun 2025 di Aula Jayang Tingang, Rabu (29/10/2025), kunci keberhasilan program ini terletak pada satu hal mendasar: data desa yang akurat dan terintegrasi.
Pernyataan ini tampak sederhana, namun sesungguhnya menyentuh akar persoalan klasik pembangunan di daerah — yakni lemahnya sinkronisasi data dan perencanaan antarinstansi. Selama ini, program sosial dan ekonomi kerap berjalan tumpang tindih karena basis datanya tidak seragam. Di satu sisi ada warga yang berhak namun tak tersentuh bantuan, di sisi lain ada penerima ganda yang tidak tepat sasaran.
Kartu Huma Betang diharapkan menjadi solusi dari persoalan tersebut. Program ini bukan sekadar kartu identitas bantuan, melainkan instrumen integratif yang menghubungkan berbagai layanan dasar — mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga kesejahteraan sosial — dalam satu sistem yang transparan. Dengan data desa yang valid dan terbarukan, kebijakan pembangunan akan lebih tajam menyasar kebutuhan masyarakat.
Wakil Gubernur Kalteng, H. Edy Pratowo, menegaskan bahwa peluncuran resmi Kartu Huma Betang Sejahtera pada tahun 2026 akan menjadi tonggak penting dalam memastikan seluruh masyarakat Kalimantan Tengah memperoleh akses yang adil terhadap layanan publik. Komitmen ini sejalan dengan semangat Huma Betang — falsafah hidup masyarakat Dayak yang menekankan kebersamaan, keadilan, dan gotong royong.
Namun, program sebesar ini tidak akan berhasil hanya dengan kebijakan dari atas. Ia membutuhkan sinergi lintas sektor — dari pemerintah daerah, desa, hingga masyarakat sendiri. Akurasi data bukan hanya soal teknologi, melainkan soal kesadaran dan kejujuran sosial. Dibutuhkan aparatur desa yang mampu mencatat realitas dengan objektif, serta partisipasi masyarakat untuk memastikan transparansi.
Pesan Gubernur Agustiar agar “bekerja dengan tulus, menjaga kebersamaan, dan pantang menyerah membangun Bumi Tambun Bungai” bukan sekadar seruan moral, tetapi fondasi nilai bagi keberhasilan program ini. Karena kesejahteraan sejati tidak lahir dari angka-angka di atas kertas, melainkan dari niat tulus dan kolaborasi nyata antara pemerintah dan rakyatnya.
Kartu Huma Betang adalah simbol transformasi — dari birokrasi yang reaktif menuju pemerintahan yang responsif dan berbasis data. Jika dijalankan dengan konsisten, ia bisa menjadi model pembangunan sosial yang menempatkan manusia sebagai pusatnya. Semoga, dari semangat Huma Betang, lahir Kalimantan Tengah yang makin berdaya, adil, dan sejahtera.*


Tidak ada komentar:
Posting Komentar