Sorot Nuswantoro News

Berita Online dan cetak, "CEPAT, TEPAT, LUGAS DAN BERANI" dari LAMONGAN untuk NUSANTARA

Minggu, 27 Juli 2025

Astana Al Nursari: Jejak Megah Keluarga Kerajaan Kutaringin di Tepi Sungai Lamandau

Astana Al Nursari di Kecamatan Kotawaringin Lama
Oleh: Gusti Syahwani – Wartawan SNN.com Kobar
Minggu 27 Juli 2025

Pangkalan Bun — Sekitar seratus meter dari tepian Sungai Lamandau, berdiri megah sebuah bangunan bersejarah yang menyimpan jejak panjang kerajaan Kesultanan Kutaringin. Bangunan itu adalah Astana Al Nursari, tempat kediaman keluarga kesultanan Kutaringin yang kini menjadi saksi bisu masa kejayaan kerajaan di Kotawaringin Barat (Kobar) Kalimantan Tengah (Kalteng)  Berada tepat di seberang Masjid Kyai Gede, Astana ini bukan istana dalam arti pusat pemerintahan, melainkan kediaman pribadi raja dan keluarganya setelah perpindahan pusat kekuasaan ke Pangkalan Bun.

Astana Al Nursari dibangun pada tahun 1867, tak lama setelah Raja Kutaringin ke-9, Pangeran Ratu Imanudin yang bergelar Datuk Kuta Batu, memindahkan pusat pemerintahan secara bertahap dari Kotawaringin Lama ke Pangkalan Bun. Pembangunan Astana ini menyusul proses pembangunan Istana Kuning yang berlangsung dari tahun 1809 hingga 1811.

Menurut penuturan kerabat kesultanan, sisa-sisa istana lama yang berdiri sejak masa Pangeran Adipati Antakusuma (raja pertama Kesultanan Kutaringin) hingga Pangeran Ratu Anum (raja ke-8) sudah tidak ditemukan lagi. Lokasi istana tua itu diyakini berada tepat di belakang Astana Al Nursari saat ini.
Arsitektur Asli dan Kekuatan Kayu Ulin
Astana Al Nursari berdiri di atas lahan seluas 100 x 100 meter, seluruhnya berpagar kayu Ulin. Menggunakan kontruksi rumah panggung khas Kalimantan dengan tinggi kolong mencapai dua meter, bangunan ini terbuat hampir sepenuhnya dari kayu Ulin — kayu keras yang dikenal tahan terhadap cuaca dan usia. Pilar-pilar kayu besar menopang bagian dalam bangunan, berfungsi sebagai soko guru yang kokoh.

Struktur bangunan terdiri dari beberapa bagian utama, antara lain teras depan, balai rumbang atau balai peranginan, ruang depan sebagai bangsal atau balai pertemuan, serta ruang keluarga dan dapur di bagian belakang. Ukurannya tidak main-main — bangunan utama memiliki panjang 60 meter dan lebar 35 meter.

Yang menarik, hampir seluruh bagian bangunan masih mempertahankan bentuk dan bahan asli sejak didirikan. Bila pun ada perbaikan, dilakukan dengan prinsip pemugaran cagar budaya: menggunakan bahan serupa dan tetap mempertahankan keaslian bentuk dan arsitektur.
Meriam Beranak
Meriam Beranak dan Gong Keramat
Astana Al Nursari juga menyimpan kekayaan sejarah berbentuk pusaka kerajaan. Di sisi kiri bangunan utama, terdapat rumah kecil berukuran 7 x 3 meter dengan konstruksi kayu dan model rumah panggung. Bangunan ini dikenal sebagai Rumah Meriam Beranak atau juga disebut Balai Peanggongan.

Di dalamnya tersimpan berbagai pusaka keraton, termasuk empat meriam perunggu besar dan satu set meriam beranak — terdiri dari satu meriam induk berukuran sedang dan lima meriam kecil yang dianggap sebagai anak-anaknya. Meriam ini diyakini merupakan pemberian dari suku Dayak kepada raja yang berkuasa saat itu.

Menurut Gusti Samudra, salah satu kerabat kesultanan, hingga kini masih ada masyarakat Dayak yang datang berziarah ke rumah meriam tersebut, sebagai bentuk penghormatan dan keterikatan sejarah. Tidak hanya itu, terdapat juga tiga buah gong keramat yang dikaitkan dengan mitos Putri Jujung Buih — tokoh mitologi yang diyakini sebagai leluhur raja-raja Banjar.
Selain meriam dan gong, di tempat itu juga tersimpan dayung-dayung kerajaan, bejana perunggu, dan neraca perunggu, yang seluruhnya menjadi bagian dari kekayaan budaya dan spiritual masyarakat Kutaringin.

Astana Al Nursari bukan sekadar peninggalan fisik masa lalu. Ia adalah simbol ketahanan sejarah, spiritualitas, dan identitas masyarakat Kotawaringin Barat, yang terus hidup melalui cerita, pusaka, dan napas para zuriatnya yang masih menjaga warisan ini hingga hari ini.

(Bersambung ke Bagian 2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOROT NUSWANTORO NEWS "dari LAMONGAN untuk NUSANTARA"