Sorot Nuswantoro News

Berita Online dan cetak, "CEPAT, TEPAT, LUGAS DAN BERANI" dari LAMONGAN untuk NUSANTARA

Sabtu, 05 Agustus 2023

Bupati Kubar Buka Festival Sarut Di Damai. Fx Yapan: Kain Sarut Diminati Orang Australia

Kutai Barat, SNN.com – Kecamatan Damai Kabupaten Kutai Barat (Kubar) Provinsi Kalimantan Timur kembali menggelar festival Sarut (kerajinan tangan) original hasil karya putra-putri asal daerah kecamatan Damai.

Festival Kain “Sarut” merupakan agenda rutin pemerintah Kecamatan Damai yang dilaksanakan setiap tahun dan diikuti lebih dari 50 peserta dari berbagai kampung dalam wilayah Kubar. berlangsung di Kampung Damai. Kamis (03/08/2023) pagi.

Festival “Sarut” di buka secara langsung oleh Bupati Kutai Barat Fx Yapan didampingi Wakil Bupati Edyanto Arkan, Sekretaris Daerah Ayonius, Camat Damai, Kapolsek Damai, Danramil Damai dan forkopimda.

Bupati Kubar Fx Yapan menyebutkan. Kain ”Sarut” sudah terkenal bukan hanya di Kutai Barat bahkan di tingkat nasional juga sudah dikenal dengan keindahan, kerapian terutama dalam menata corak dan motif yang kental dengan seni ukiran yang menjadi ciri khas dayak.

Tak hanya itu “Sarut” juga menjadi perhatian bagi para perancang busana moderen. Sebab kain “Sarut” atau kain yang dijahit tangan ini terus diperkenalkan dalam berbagai ajang di tingkat nasional.

”Dulu tidak ada benang orang pakai serat nenas lalu dijahit. Tapi sekarang makin moderen. Dan sarut ini dulu bagi masyarakat dayak Benuaq itu hanya dipakai orang kerajaan, tetapi sekarang siapapun boleh pakai,” Kata Bupati Kubar FX.Yapan.

Bupati Yapan juga mengaku akan membawa kain sarut hasil kerajinan warga Kubar ke tingkat dunia. Hal itu dilakukan melalui promosi dalam berbagai ajang di tingkat nasional maupun regional.

”Kita memang memperkenalkan sarut ini di banyak tempat. Pernah dibawa Dekranasda dan PKK ke Bali waktu pameran di sana. Itu habis diborong orang Australia,” ujar Bupati Yapan.

Yapan juga mendorong para perancang busana lokal terus berinovasi serta meningkatkan daya ninat pembeli tentunya harus disesuaikan dengan selera pasar.

”Kain ini bahkan disukai orang Thailand karena biasa mereka pakai saat pergi ke Kuil. Makanya kita perlu inovasi, “ ujar Yapan.
Yapan menilai pembuatan kain sarut tidaklah mudah bahkan memakan waktu lebih dari satu bulan. Apalagi perancangannya masih tradisional.

”Memang jahit Sarut ini butuh konsentrasi dan waktu yang lama. Makanya untuk bisa menghasilkan banyak sarut kita butuh banyak pengrajin. Nah dengan adanya Festival Sarut ini mereka bisa saling belajar, “ sebut Bupati.

Yapan juga mendorong sekolah-sekolah di Kubar menjadikan pelajaran pembuatan Sarut dan kain tradisional lainnya dalam muatan lokal.

”Supaya bisa dipelajari sejak dini,” kata bupati Yapan yang dikenal dengan si jago pantun.

Perancang sarut asal kampung Besiq kecamatan Damai Dewiana mengaku satu buah kain Sarut bisa dibuat hingga tiga bulan. Lantaran semua dilakukan secara manual tanpa bantuan alat moderen.

”Karena untuk motif itu kita jahit manual. Hanya pinggirannya saja yang kita jahit pakai mesin. Makanya harga Sarut bisa jutaan rupiah,” ungkap Dewi yang menjadi ketua kelompok Bawe Pore Panei Sarut di kampung Besiq.

Ketua panitia Festival Sarut Yono Rustanto Gamas menyebut ada 23 kelompo Sarut di kecamatan Damai yang merancang dan memasrkan kain tradisional tersebut. Dengan adanya Festival sarut dan didukung pemerintah kabupaten maka dia yakin makin banyak peminatnya.

”Harapan kita melalui ajang ini bisa menggali dan mengembangkan potensi yang ada di Kutai Barat,” kata Tanto.

Penulis/Reporter : Johansyah.
Editor                     : Wafa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOROT NUSWANTORO NEWS "dari LAMONGAN untuk NUSANTARA"