Ketua Umum
Presidium Poros Nusantara
Kepada Trah Politik Bin Paman Sam (Poros Jakarta Washington) Jangan Paksakan Kapitalisasi atas nama Demokrasi "Kami Sudah Punya Pancasila".
Kepada Trah Politik Bin Mao (Poros Jakarta Beijing) jangan bawa "Beruang Panda" kami sudah punya "Garuda"
Kepada Trah Politik Bin Ibnu Saud (Poros Jakarta Turki) Jangan tanam Qurma tanamlah Kelapa di Bumi Nusantara.
Silahkan datang berdagang, tetapi jangan pernah berpikir memiliki Pasar nya dan Mengendalikan Kebijakan Kekuasaan nya "Silahkan Datang Sebagai Teman Jangan Jadi Majikan"
-Drama Pilpres 2019- dipaksakan hanya Dua Pasang Calon - Isu Ideologi dan Agama di lontarkan ke Publik - Elektoral dan Partisipasi publik terhadap pemilu naik menjadi 83.7% di Pemilu 2019 dari sebelum nya KPU gagal mencapai target 73% partisipasi di tahun 2014.
Dan isu Ideologi serta Agama terbukti efektif menggerakkan massa....sehingga kekhawatiran partai partai atas ketidak percayaan publik tehadap partai terjawab.... Masyarakat politik indonesia bergerak sporadis membiayai sendiri kampanye nya (jadilah Pilpres paling murah/partai partai tak perlu banyak mengeluarkan uang untuk kampanye) hanya menjadi mahal di ongkos sosial nya/masyarakat menjadi terbelah dalam dua stigma propaganda untuk menggenjot emosional dan psikologis massa (hingga hari ini/masyarakat masih bertengkar Cebong Kampret)
Diakhir Drama Pilpres... Kedua pasang calon yang di representasi kan sebagai simbol Cebong Kampret bahkan di stigma Komunis dan Khilafah.... Kedua nya berlanjut menutup Drama dengan Sepakat duduk bersama makan tumpeng bernama APBN.
Masyarakat yang kadung bertengkar dan gengsi mengakui telah terpedaya oleh Drama Pilpres... Dalam istilah masyarakat Indramayu "Tanggung Gayae" melanjutkan pertarungan nya dengan tetap merawat lawan nya untuk tetap terlihat eksistensi nya.
MENJADI WARAS ITU PILIHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar