Sorot Nuswantoro News

Berita Online dan cetak, "CEPAT, TEPAT, LUGAS DAN BERANI" dari LAMONGAN untuk NUSANTARA

Jumat, 06 September 2019

Diperbudak, 11 ABK Kabur

Kepuluan Aru, SNN.com - 11 Anak Buah Kapal (ABK) asal Pulau Jawa terpaksa kabur tinggalkan kapal. Mereka yang direkrut para calo untuk bekerja di kapal cumi mengaku mendapat perlakuan buruk dari Taikong (Juragan) ketika berlayar.

“Kami kapok bekerja di kapal ikan cumi karena kami merasa tersiksa. Kami ingin pulang saja,“ kata mereka saat ditemui Sorot Nuswantoro News.com di Dobo, Kamis (5/9/2019).

Lanjut mereka, selain mendapat perlakuan buruk dari Taikong kapal yang diketahui berasal dari Cina Tanjung Balai, setiap hari kami dipaksa bekerja tanpa mengenal jam istirahat. Bahkan ada yang jatuh sakit, tak ada obat yang layak.

lronisnya lagi ketika rekan kami yang sakitnya sudah parah, bukannya dicari pertolongan medis tetapi malah dibiarkan tidur-tiduran saja. Sudah begitu upahnya juga dipotong oleh Taikong.

Tak hanya itu, kami juga tidak mendapatkan makanan yang layak selama bekerja. Kadang kami diberikan nasi basi. Namun untuk membunuh rasa lapar,kami terpaksa makan.

“Jadi tak tahan dengan perlakuan tak manusiawi itu, kami kemudian kabur dari kapal pada saat kapal berlabuh di Desa Ngaibor."ungkap mereka.

Sekedar untuk diketahui, 11 ABK yang kabur berbeda kapal tetapi satu perusahan. 9 orang merupakan ABK KM Merah Delima Lautan Indah 1 yang diketahui bernama Taripin asal Kota Rengaspendawa, Wirisono asal Kota Pelawan, lwan Setiawan, dari Cianjur, Ade Parawito asal Desa Karamat Pemalang, Kusbudiman asal Kota Pemalang, Dini asal Desa Suka Sari, Kecamatan Tanjung Rasa,  Ali Aritin asal Sido Muilo Kabupaten Brebes, dan Sugianto asal Kota Sidomulio.

Sedangkan dua ABK lainnya yakni Ahmad adhitya asal Kota Bogor dan Ade Rahmat Hidayat asal Karawang adalah ABK di KM Jaya Baru.

Mereka berkesempatan kabur dari atas kapal setelah mengantarkan salah satu ABK Mitra Sanjaya, kapal cumi yang mendapat perlakuan buruk dan sakit parah sehingga diantar ke Puskesmas Ngaibor untuk dirawat.

Namun lantaran sangking parahnya penyakit yang diderita, rekan mereka itu hanya menginap setengah hari saja dan meninggal dunia.

Biadapnya lagi, jenazahnya diterlantarkan di pesisir pantai Ngaibor berjemuran panas layaknya ikan asin. Warga Desa Ngaibor yang melihat jenazah dibiarkan berjemuran panas sempat marah barulah Taikong KM Mitra Sanjaya turun mengambil jenazah.

Kisah ini menuai kecaman keras Lembaga Investigasi Negar (LIN) Cabang Kepulauan Aru.
LIN menegaskan, Isu perbudakan di atas kapal penangkap ikan cumi harus menjadi perhatian serius pemerintah dan aparat hukum di negara ini.

Perlidungan pekerja di sektor perikanan mutlak diperlukan karena sektor ini beresiko tinggi dan rentan terhadap berbagai bentuk pelanggaran standar dan norma ketenagakerjaan, bahkan menjurus kepada eksploitasi tenaga kerja dan perbudakan.

Untuk itu, diperlukan peningkatan peran pengawas tenaga kerja yang bertujuan agar standar dan norma-norma ketenagakerjaan dapat diterapkan secara efektif.

Kasihan, bukan saja 11 ABK yang merupakan asli warga Negara Indonesia yang mengalami perlakuan buruk dari para Taikong kapal penangkap ikan cumi, tetapi sudah banyak dan bahkan tak jarang ada yang meregang nyawa karena dipaksa bekerja walau sakit.

Reporter : Nus Yerusa
Editor     : A W I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOROT NUSWANTORO NEWS "dari LAMONGAN untuk NUSANTARA"