Sorot Nuswantoro News

Berita Online dan cetak, "CEPAT, TEPAT, LUGAS DAN BERANI" dari LAMONGAN untuk NUSANTARA

Kamis, 23 Juli 2020

Gelar Upacara Adat Nyadran Mbah Jobeh Petir, Banyak Hajat Terkabulkan

Gunungkidul SNN.com.Gelar upacara adat nyadran di petilasan mbah Jobeh kalurahan Petir, Kapanewon Rongkop, Gunungkidul,D.I.Yogyakarta berjalan cukup hidmat tanpa mengurangi sedikitpun semua prosesi ritual nyadran mbah Jobeh.

Acara gelar tradisi nyadran tahun ini yang bersamaan musim pandemi covid-19 diadakan bertepatan hari kamis kliwon adalah rangkaian rasulan atau merti dusun Petir A,B dan C, (23/07/2020).

Menurut keterangan lurah Kalurahan Petir Sarju S.I.P, khusus kegiatan upacara adat nyadran mbah Jobeh ini sudah menjadi agenda tahunan kalurahan. Hanya saja soal wuku, wektu, hari atau pasaran yang menentukan mbah juru kunci Noto Sukamto (82th) dalam perhitungan kalender jawa. Jadi tidak bisa dipastikan dengan tahun kalender nasional/masehi.

Mengingat tahun ini jatuh harinya berbarengan dengan tatanan hidup baru (new normal) dengan adanya musim pandemi covid-19 maka acara digelar dg cukup sederhana dan tetap mematuhi protokol kesehatan.Terlihat mulai dari pintu gerbang masuk sudah dijaga petugas yang siap mengukur suhu badan, penyemprotan dan persiapan masker bagi pengunjung. Bahkan dipintu masuk petilasan mbah Jobeh dimana sang juru kunci mengantarkan do'a atau hajat pengunjung, juga dipasang alat cuci tangan berikut dis infektan buat pengunjung yang hendak masuk.

 Konon dipetilasan mbah Jobeh yang ditelusur sejarahnya berasal dari kerajaan  Majapahit, maka tidak heran jika banyak peziarah/pengunjung yang mengaku hajat-hajatnya terkabul berkat nyadran mbah Jobeh. Pengunjung yang datang biasanya mulai dini hari sekira jam 03:30 hingga sekitar jam 14:30WIB.


Dari beberapa pengunjung yang ditemui penulis mengaku dari Pracimantoro, Wonogiri, Girisubo, Tepus,  Tanjungsari, Ponjong dan lain sebagainya. Bahkan dengan kemudahan tehnologi ada yang dari luar Jawa seperti Lampung, Sumatera nyadran satu ekor kambing dengan cara mengirim uang untuk dibelikan kambing oleh panitia. Untuk tahun ini orang yang nyadran kambing sebanyak 5 ekor diserahkan ke panitiya, dimana daging-dagingnya dimasak oleh panitiya untuk menjamu tamu yang datang dan seluruh panitiya. Sementara yang digunakan untuk ritual dipetilasan mbah Jobeh hanya kepala dan kaki kambing.

Kalurahan Petir yang bersiaga untuk menjadi desa (kalurahan) Budaya, maka upacara adat nyadran mbah Jobeh menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Bahkan sudah disiagakan menajadi tempat wisata religi yang sewaktu-waktu bisa dikunjungi masyarakat dari manapun. Disitu masyarakat bisa berziarah dan memanjatkan do'a segala hajad yang mana mbah Jobeh menjadi wasilah turunya pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sudah banyak masyarakat dari manca daerah yang tahu dan membuktikan, dengan nyadran disitu mengantarkan berhasilnya segala bentuk hajat hidupnya. Ada yang katanya terkabul jadi PNS, usahanya lancar, penyakitnya sembuh, tidak tersangkut masalah, pertanianya berhasil dengan baik hingga mendapatka jodoh. Dalam melaksanakan hajatnya masyarakat bisa menyerahkan uang atau barang hidup/mati sesuai dengan apa yang diucapkan.

Dalam keterangan persnya Lurah Petir Sarju S.I.P sedikit menceritakan sejarah singkat adanya upacara adat nyadran mbah Jobeh. Pada suatu waktu didaerah ini pada musim tanam didapati semua tanaman berupa palawija dan lain-lain tidak disangka-sangka berubah menjadi kering. Lalu ada seorang tokoh masyarakat bernama ki Kenthung menjadi gelisah. Kemudian beliau melakukan semedi diatas bukit sebelah timur bulak Pakel ini untuk bermunajad pada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam ritualnya tersebut ki Kenthung mendengar suara dari arah bulak yang berbunyi dalam bahasa jawa "Mengko di mengko" tanduran kene iki bakal malih ijo kabeh (Kapan toh kapan, semua tanaman disini akan menjadi hijau semua) makanya petilasan ini dinamakan mbah Jobeh dari asal kata "Ijo Kabeh"

Sejak itulah masyarakat disini mengadakan ritual sadranan mbah Jobeh yang dilestarikan hingga sekarang. Secara pasti kami kurang tahu persis sejarahnya  siapa ki  Jobeh dan nyi Jobeh, yang kami tahu masih peninggalan sejarah kerajaan Majapahit, "pungkasnya.

Reporter :  Wajiyo
Editor      : Mas Pay

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOROT NUSWANTORO NEWS "dari LAMONGAN untuk NUSANTARA"