Bagi Narto (33), seorang pemuda dari Dusun Trisnomulyo Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur, apa yang mereka lakukan adalah salah satu cara untuk melestarikan budaya angklung agar tidak tergilas perkembangan jaman di era millenial ini.
“musik angklung, supaya bisa kumpul-kumpul aja, sambil melestarikan budaya angklung,”ujar Narto, Rabu (23/10/2019).
Menurut Narto, anak-anak muda yang tergabung dalam paguyuban Lalang Buana ini berjumlah 12 orang, yang masing-masing dibagi 2 tempat beraksi di sudut jalanan, 6 orang di perempatan pasar Sidoharjo ini dan 6 orang lagi di tempat lain, masih menurut Narto baru ada 2 paguyuban angklung yang ada di kota Lamongan ini.
“saya juga ngajarin anak-anak sekolah kalau minta diajarin ya saya ajarin, sambil belajar bisa menghasilkan, tidak pasti kadang ramai kadang sepi,”ungkapnya.
“tanggapan sering, tarifnya kalau pake penyanyi 2 Juta, masih kerabat,” tambahnya.
Rangkaian musik angklung dengan perpaduan jenis alat musik seperti Gambang, Templak, Sello, Bas besar dan angklung ini mampu menyajikan alunan musik yang terdengar unik bernuansa tradisional dan modern, mampu mengundang perhatian dan menghibur setiap pemakai jalan yang melintas disudut jalan itu.
Narto juga menambahkan bahwa ide musik angklung jalanan ini karena terinspirasi seorang teman di daerah Magelang yang mengajaknya belajar hingga bisa turun seperti ini.
Reporter : Ida
Editor : Wafa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar