Sorot Nuswantoro News

Berita Online dan cetak, "CEPAT, TEPAT, LUGAS DAN BERANI" dari LAMONGAN untuk NUSANTARA

Sabtu, 01 September 2018

Endi Hendani Wong Debleng Dalam Autobiographi Sang Kaba Bias, Ki Debleng Padmanaba

Sorotnuswantoronews - Sebuah buku Autobiographi Sang Kaba Bias, Ki Debleng Padmanaba mendapat respon yang luar biasa.

Memoar seorang biasa yang tidak biasa, Dialah Wong Debleng Sang Kebablasan di Published by 71 Yes On Energy / Balai Pustaka jaya.

Judul: Dari Polresta Bekasi ke Lapas Kelas II Bulak Kapal Bekasi Timur : Memoar Seorang Narapidana dengan Penulis: Abah wekwok.

Ide cerita Ulang : 71 Yes On EnergYy dirilis Tahun: 2018 dengan Penerbit: Institut Studi Ilmiah Indigo Indonesia dan Jumlah halaman: 324.

Kita pasti sudah sering mendengar pernyataan “sejarah itu ditulis oleh para pemenang” sejak pertama kali disampaikan oleh George Orwell dalam esainya yang berjudul As I Please dan diterbitkan pada tahun 1944.

Gagasan tersebut merujuk pada bagaimana dalam sejarahnya, sejarah kebanyakan dibuat oleh orang-orang yang memiliki kepentingan lebih besar dari masyarakat kebanyakan, baik itu tokoh politik atau masyarakat.

Sehingga banyak pula yang menjadi sedikit apatis dengan sejarah dengan menjadikan gagasan tersebut sebaga suatu alasan untuk tidak mempelajari apa yang terjadi di masa lalu.

Namun buku Dari Polresta Bekasi ke Lapas Kelas II Bulak Kapal Bekasi Timur : Memoar Seorang Narapidana Baru merupakan kisah sejarah yang diuraikan oleh ‘seorang biasa’ sesuai dengan pengalaman hidupnya.

Bahkan dalam pengantar buku ini disampaikan dengan gamblang bahwa “penulis dari naskah ini adalah orang biasa saja, orang kebanyakan, sebagaimana pembaca pada umumnya.

Harusnya pernyataan ini menarik perhatian para pembaca lebih dalam untuk mengetahui seperti apa sejarah yang tidak ditulis oleh seorang pemenang, terutama dalam hal ini sejarah seorang tahanan politik, kepentingan Pejabat, kelompok dan instansi pemerintah.

Walaupun menggunakan bahasa dan penyampaian yang cenderung mudah dimengerti, namun karya ini tidak bisa dianggap remeh dan dikesampingkan dari bahan studi sejarah Indonesia, Budaya Adat dan Sosial Serta Agama Bahkan hal tersebut bisa dianggap sebagai salah satu keunggulan dari buku ini, yakni memungkinkan pembaca dari berbagai usia untuk bisa mengikuti alur cerita dan mendapatkan pelajaran dari kisah memoar tersebut tanpa menemui kesulitan dalam memaknai suatu istilah.

Dan penggunaan bahasa yang sederhana, asal ceplos dan humoris terbukti lebih mampu membuat pembaca tertarik untuk terus mengikuti kisah hidup seorang Endi Hendani.
Diceritakan di bagian awal bahwa sang penulis merupakan seorang mahasiswa di Universitas Terkenal dijakarta selatan. Dan seperti layaknya mahasiswa lain, ia sempat merasakan perploncoan dari kakak tingkat, lalu tergabung dalam bebrapa kegiatan Kampus atau kelompok organisasi mahasiswa, dan tidak lupa tetap menjalankan tanggung jawab sebagai seorang pelajar. Semuanya biasa saja.
,
Endi Hendani

Tensi cerita mulai naik saat penulis menceritakan kisah hidupnya sebagai mahasiswa tingkat 3 pada tahun akhir Dan beberapa bulan setelah peristiwa kegiatan besar agenda kejuaran karate sejawa dan bali ( UVKC ) tepatnya pada agustus 1996, Endi Hendani yang merupakan anggota Resimen Mahasiswa, dan seterusnya seketika statusnya sebagai ‘mahasiswa’ berubah menjadi ‘tahanan’ di Polresta Bekasi yang pada akhirnya dipindahan di lapas dua bekasi bulak kapal.

Masih dengan cara penceritaan yang sederhana, penulis mampu menarik perhatian pembaca dengan menjelaskan tugas-tugas uniknya selama menjadi Warga Binaan di Lapas Bekasi Bulak Kapal karena pengetahuan dan pengalamannya dalam pendidikan Budaya, Adat, sosial, Beladiri dan seni Tari serta Komputer walaupun tidak begitu lama, misalnya menjadi TAMPING ( tenaga Bantu dari Warga Binaan ) di Lapas Bekasi.

Kisah memoar ini menyimpan banyak pengetahuan sejarah, Budaya, sosial dan Ilmu pengetahuan Beladiri serta kecakapan dalam berpikir positif menuju wawasan Nusantara yang bisa dikuak oleh pembacanya yang jeli, yang tidak sekedar menikmati kisahnya seperti sebuah pemaparan profil seseorang.

Pertama, buku ini secara umum menggarisbawahi kecacatan salah satunya Personal Pratisi hukum, aparat, Para narapidana.

Para Ulama serta Preman dalam sebuah kekuatan kecintaan dalam sebuah Proses Hidup di nusantara yang berlangsung selama penangkapan dan pemenjaraan beberapa golongan yang terjadi.

Bagaimana seorang mahasiswa yang masih ada hati kecil nurani kebaikan dan kejelian dalam berpikir hingga bisa menjadi seorang tahanan tanpa tuduhan yang bukan sebenarnya yang dia lakukan, karena susahnya dan sulitnya dalam BAP maka ditawarkanlah sebuah pembelian Kasus yang sudah di SP3, hal ini jelas sangat merugikanya namun apa daya saat itu adalah jalan terakhir demi sebuah proses hukum yang tidak adil dan tidak menjalani proses peradilan yang berlibit dan panjang.

Kedua, penulis yang menekankan tentang status sosialnya sebagai ‘orang biasa’ ternyata mampu menuliskan pengalamannya dengan cara yang sangat menarik dan rinci sehingga mudah dipahami.

Sehingga walaupun ditulis kembali oleh penulis Prof. DR. W Bambang Suroto bukan orang biasa, hingga menjadi sebuah karya luar biasa menuju NKRI dalam sisi sebuah Memowar Wong debleng sang kebablasan.

Buku ini pernah akan ditulis oleh Penulis Muda terkenal Denny Novita.

Bagi Masyarakat yang ingin mendapatkan buku Autobiographi Sang Kaba Bias, Ki Debleng Padmanaba silahkan hubungi Telp/Sms : 0812 2140 6666 Whatsapp : 0821 2904 6666/ (Endi Hendani).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOROT NUSWANTORO NEWS "dari LAMONGAN untuk NUSANTARA"