Orang tua korban yang juga Seorang Pengamat Sosial, Hukum & Politik Indonesia (PSHPI), Kadiv.Humas Lembaga Investigasi Negara dan juga merupakan Sekjen Badan Advokasi Penyelamat Aset Negara ( BAPAN) yang sangat memahami permasalahan hukum dan penegakan hukum Adi Setiawan SH, menyatakan anaknya tidak bersalah tapi Diduga merupakan korban salah tangkap, kejadian salah tangkap terjadi hari kamis15 Agustus 2019, Pukul 19.10 WIB, Di Lempongsari 1 gang 2, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah.
"Dimana pada saat itu sebelumnya di tempat terpisah terjadi tawuran pelajar SMK negeri 3 dan SMK Palapa di semarang, tepatnya di jalan Suratmo, yang saat itu sudah ditangani dan dibubarkan oleh pihak kepolisian, dampak pembubaran pelajar tawuran tersebut menyebabkan pelajar kabur melarikan diri ke berbagai arah dan sebagian pelajar SMK 3 Semarang melewati jalan lempong sari, di wilayah semarang dan disana korban salah tangkap bernama M. Praditya Rakha Rasendra, bersama teman-teman nya saat itu berkumpul untuk melakukan kegiatan Bakar sate ( daging qurban), di salah satu rumah teman mereka di daerah lempong sari, dan berpapasan dengan pelajar dari SMK 3 yang sebelumnya terlibat tawuran di tempat lain yakni di daerah suratmo dan sempat dibubarkan petugas kepolisian, "terangnya.
Adi menambahkan, menurut Informasi yang di berikan oknum pelajar SMK 3 yang melewati wilayah tersebut, meneriaki korban dan teman-temanya sambil mengendari sepeda motor dan mengacungkan senjata tajam. Bersamaan dari itu datang beberapa petugas kepolisian yang mengejar oknum pelajar SMK 3 yang lari pada saat tawuran di tempat lain.
"Karena saat itu korban dan teman temanya mendengar teriakan dari arah lain yang di kira teman teman dari oknum pelajar yang sebelumnya tawuran di wilayah lain, serentak korban dan teman temanya ikut buyar dan lari, disitulah mereka ditangkap dan baru menyadari yang berteriak itu adalah petugas kepolisian yang sebelumnya membubarkan dan mengejar oknum pelajar SMK 3, "ujarnya.
Selanjutnya korban dan teman-temanya di tangkap dan di periksa dan saat itu korban sudah sempat mengatakan dia dan teman temanya tidak terlibat tawuran, tetapi pada saat itu petugas tidak mempercayai dan terus mengintrogasi, bahkan sempat memukulkan helm ke kepala korban dengan keras.
"Setelah kejadian tersebut korban dan teman temanya di bawa ke markas kepolisian Polda Jateng untuk di mintai keterangan, namun juga di sayangkan photo photo korban dan teman temanya sudah beredar di lingkungan sekolah mereka, hari itu juga dengan gambar photo terlanjang dada, Orang tua Korban juga menyayangkan pihak sekolah yang juga langsung menyebarkan berita tersebut di WA group terbatas di lingkungan sekolah, tanpa melakukan klarifikasi kepada anak didik mereka terlebih dahulu tentang kebenaran hal tersebut, "ungkapnya.
Lanjutnya, apalagi dalam isi WA group tersebut di sebutkan korban dan teman teman nya terancam dikeluarkan dari sekolah, hal ini yg membuat Orang tua korban akan melakukan upaya hukum untuk memastikan bahwa informasi yg beredar salah dan berdampak terhadap psikologis si korban juga masa depannya,mengingat dampak dari masalah ini adalah sangsi dari pihak sekolah ( SMK 4 Semarang).
"Upaya hukum akan terus kami lakukan, sampai anak kami sebagai korban nama baiknya di rehabilitasi kembali dan sangsi di sekolah tidak di jatuhkan, "pungkasnya.
Reporter : Eddy
Editor : Wafa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar